CAHAYA ITU TELAH SIRNA, BIDADARIMU TELAH PERGI

Malam itu adalah malam yang menjadi sejarah besar perubahan diriku,  malam yang  ketika itu allah bukakan jalanNya untukku, malam yang jika aku mengingat masa-masa laluku sebelum malam itu maka hati ini menangis tersedu-sedu, deraian air mata akan mengalir deras membasahi pipiku, menyesali apa-apa yang telah dilakukan dimasa malu.
Ketika itu  aku dan teman-temanku telah berjanji untuk  berkumpul  dan bersenang-senang dengan beberapa wanita dan beberapa botol alcohol, namun karena beberapa alasan aku datang  ketika pesta telah usai dan teman- temanku telah pergi , tinggallah aku sendiri, namun diriku dimalam itu tetap duduk dan menikmati beberapa gelas arak, lalu akupun pergi ke rumah temanku yang lain untuk meminjam beberapa kaset  film kotor pemuas nafsu yang bahkan iblispun  akan malu jika melihatnya. Lalu aku pun pegi ke rumah ibuku dan aku mulai memutar kaset tersebut serta  menonton video-video kotor lagi  jorok  yang sekali lagi saya tekankan  iblispun malu jika  melihatnya. Akupun menikmati video-video tersebut dengan sebotol arak sehingga  aku benar-benar larut di dalamnya.
            Ketika aku sedang asyik menikmati dan menonton film-film yang Allah murkai tersebut, tiba-tiba, masuklah seorang anak kecil yang bahkan umurnya  belum sampai lima tahun, ketika itu akupun menyadari
bahwa diriku lupa untuk mengunci pintu kamarku, dia melihat apa yang aku lihat, melihat sesuatu yang sama sekali belum pernah terbayangkan oleh anak seumurnya, film- film yang bisa mematikan hati seseorang dalam seketika, film yang bahkan bisa membuat mata seseorang buta akan kebenaran dengan seizinNya, Namun dengan fitrah yang Allah berkahi kepadanya,  yang dengannya allah menegurku, dengan lugu dan bersih hatinya dia berkata “sungguh tercela perbuatanmu wahai ayahku, sungguh tercela! Takutlah engkau kepada Allah”  Dan sungguh kata-katanya menggetarkan jiwaku, membuat hati ini serasa akan copot, seketika itu akupun mematikan komputerku lalu keluar dan berjalan  tanpa arah seperti orang yang bingung ,atau orang gila yang berjalan tanpa tujuan , lama diri ini berjalan di bak kapal di tengah lautan tanpa nahkoda yang mengendalikan, hingga terdengar suara panggilan,suara seruan azan untuk bersujud kepada Allah yang aku belum pernah bersudjud menghadapNya walau sekali, akupun memantapkan hati memasuki MesjidNya nan suci , aku bewudhu’  lalu akupun shalat di belakang imam. Ketika Imam selesai membaca al-fatihah Imam melanjutkan dengan membaca
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ ﴿الحديد: ١٦﴾
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (57: 16)

Ketika aku mendengar ayat ini hatiku bergetar, jantungku berdetup keras, teringat aku akan kerasnya hatiku, teringat akan keangkuhanku kepada Rabbku, tanpa kusadari aimata keluar dari mataku yang hampir-hampir buta akan kebenaran, aku menangis sejadi-jadinya, aku pun sujud dan menangis memohon ampun kepada rabbku.

            Setelah selesai shalat akupun kembali keluar dan berjalan tanpa tauh arah dan tujuan, aku melangkahkan kakiku tanpa tau dimana aku akan berhenti,. Aku berjalan dengan pikiran kosong hingga masuk waktu bagiku bekerja. Aku pun bergegas ke kantor, ketika aku tiba di sana aku bertemu dengan rekan kerjaku yang selama ini menasehatiku untuk kembali kejalanNya namun sebanyak dan sekeras apapun dia berusaha menasehatiku, sebanyak itu pula aku menutup hati dan telingaku, sebanyak itupula aku memalingkan wajahku darinya. Dia melihat wajahku dengan penuh kekaguman, dengan spontan ia berkata “ Aku melihat cahaya cerah nan terang diwajahmu yang selama ini belum pernah aku lihat di dalam dirimu” maka aku kabarkan kisahku kepadanya dan kisah antara aku dan anakku yang telah menyadarkanku  lalu aku berkata kepadanya “sungguh diri ini telah bertaubat dan kembali kejalanNya, sungguh aku menyesali masa laluku, aku membenci masa laluku” ia pun memberiku nasihat “bersyukurlah kepada Allah yang telah mengirimkan anakmu untuk membangunkanmu dari kelalaianmu dan tidak mengirimkan malaikat maut kepadamu ketika engkau sedang asyik dengan segala kemaksiatanmu”
            Mendengar nasehatnya akupun  meminta izin untuk pulang karna diri ini belum tidur sedikitpun. Setelah mendapat izin darinya, aku segera pergi menuju rumah, kaki ini berlari berpacu dengan angin, aku berlari dengan penuh kerinduan, rindu untuk melihat anakku yang kucintai, untuk melihat bidadari kecilku yang allah kirimkan untuk menyadarkanku. Aku berlari sambil berkhayal, berkhayal ketika aku sampai di rumah, aku akan segera menciumnya dengan penuh kasih sayang, aku akan menjaga dan merawatnya dengan jiwa dan ragaku.
            Ketika diri ini sampai di depan rumah, aku melihat tetanggaku berdiri di depan rumahku, aku berkata kepadanya “apa yang terjadi” dia menjawab “darimana saja kamu? Aku mencarimu dari pagi” “aku bekerja di kantorku tadi”jawabku. Dengan penuh kesedihan yang terpancar diwajahnya ia berkata “anakmu, anakmu telah meninggal, anakmu yang engkau sayangi telah meningal”. Anakku, cahaya rumahku, penyejuk hati dan jiwaku, anakku yangtelah allah kirimkan kepadaku telah pergi meninggalkanku. Aku menangis seolah tak percaya, aku menangis dan terus menangis, aku teringat dengan perkataan yang keluar dari mulutnya yang bersih “ tercelanya dirimu wahai ayahku, takutlah engkau kepada allah”.

Sungguh telah mati cahaya itu, sungguh telah pergi cahaya yang datang dari kegelapan ,yang menyadarkanku dan menunjukkanku jalan kembali..


#AKU -> SEORANG PEGAWAI KANTOR

>>>Kisah taubat seorang pegawai kantor
        Dikisahkan oleh Dr. ‘Athif ‘abdur rasyid
       Judul asli “ Qad maata an-nuur”  


0 Response to "CAHAYA ITU TELAH SIRNA, BIDADARIMU TELAH PERGI"

Posting Komentar