Mungkin kebanyakan kita sudah tahu siapa itu khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ya, beliau adalah salah satu khalifah Bani Umayyah. Dan para ahli sejarah telah bersepakat bahwa di zamanyalah puncak kejayaan Bani Umayyah, namun tahukah kita bagaimana khalifah Umar bin Abdul aziz membangun dan mengurus negaranya?
Para ulama’ berpendapat ada tiga tahapan yang diterapkan oleh Umar bin
Abdul Aziz dalam membangun kesejahteraan umat.
Pertama: Dimulai Dari Diri Pribadi, Keluarga dan Masyarakat
(Negara)
Umar bin Abdul Aziz menyadari dengan baik bahwa beliau
tidak mungkin sanggup melakukan perbaikan dalam kehidupan negara yang begitu
luas kecuali kalau beliau memulai dari dirinya sendiri, kemudian melanjutkan
pada keluarga dan intinya pada masyarakat atau negara. Maka pertama kali yang
harus beliau lakukan adalah membersihkan dirinya sendiri, kemudian keluarga dan
masyarakat (negara). Maka dengan tekad itulah beliau memulai reformasi
besar-besaran yang abadi dalam sejarah.
Setelah selesai dari diri sendiri, beliau melangkah
pada keluarga intinya. Beliau memberikan dua pilihan pada istrinya seraya
berkata: Kembalikan seluruh perhiasan dan harta pribadimu ke kas negara (baitul
mal) atau kita bercerai. Tapi istrinya Fatimah binti Abdul Malik ikut bersama
suaminya dalam kafilah reformasi tersebut langkah itu juga beliau lakukan terhadap
anak beliau.
Suatu ketika anaknya memprotesinya karena sejak beliau
menjadi kholifah mereka tidak pernah lagi menikmati makanan yang enak-enak dan
lezat yang bisa mereka nikmati sebelum beliau menjadi kholifah. Tapi beliau
Umar bin Abdul Aziz justru menangis tersedu-sedu seraya memberikan dua pilihan
kepada anak-anaknya seraya berkata: Saya beri kalian makanan yang enak-enak dan
lezat tapi kalian harus rela menjebloskan saya ke neraka, atau kalian bersabar
dengan hidup yang sederhana dan makanan yang ala kadarnya kemudaian kita masuk
jannah bersama-sama.
Selanjutnya beliau melangkah ke istana negara dan
keluarga istana. Beliau memerintahkan menjual seluruh barang-barang mewah yang
ada di istana dan mengembalikan harganya ke kas negara (baitul maal). Setelah
itu beliau mulai mencabut semua fasilitas kemewahan yang selama ini ia berikan
kepada keluarga istana.
Maka keluarga istana melakukan protes keras terhadap
tindakan amirul mu’minin, akan tetapi beliau tetap tegar menghadapi mereka.
Hingga suatu saat, setelah gagalnya berbagai upaya keluarga menekan kholifah,
maka mereka mengutus bibi Umar bin Abdul Aziz untuk menghadapi beliau, boleh
jadi beliau tegar menghadapi tekanan, dan mungkin hatinya bisa terenyuh
menghadapi tangisan seorang perempuan.
Maka sebelum beliau sudah mengetahui makar itu, maka
begitu sang bibi memasuki rumahnya, beliaupun segera memerintahkan untuk
mengambil sebuah uang logam dan sekerat daging. Beliau lalu membakar uang
logam tersebut dan meletakkan daging
diatasnya, maka daging tersebut jelas menjadi sate. Lantas beliau berkata
kepada bibinya : “Apakah bibi rela menyaksikan saya dibakar di neraka seperti
daging ini hanya untuk memuaskan keserakaan kalian ? Maka berhentilah menekan
atau merayu saya, sebab saya tidak akan pernah mundur dari jalan reformasi ini.
”Ini adalah gambaran suatu keberhasilan yang sangat menakjubkan dan harus
menjadi contoh bagi umat islam yang lainnya khususnya bagi mereka yang
duduk-duduk di parlemen atau kursi keperintahan suatu negara.
Kedua: Mereformasi Gerakan Penghematan
Menurut para ulama’ langkah yang kedua adalah langkah
yang paling efektif dibandingkan langkah yang pertama. Langkah yang kedua yang
dilakukan Umar bin Abdul Aziz adalah penghematan total dalam penyelenggaraan
negara. Langkah ini jauh lebih efektif
dibanding langkah pertama, karena pada dasarnya pemerintah telah
menunjukkan kridibilitasnya di depan publik melalui langkah pertama. Tapi
dampak yang ditimbulkan sangat luas dalam menyelesaikan krisis moneter yang
terjadi ketika itu.
Simaklah sebuah contoh bagaimana penyederhanaan sistem
administrasi yang akan menghasilkan penghematan. Suatu saat gubernur Madinah
mengirim surat kepada Umar bin Abdul Aziz untuk meminta tambahan blangko
surat untuk beberapa keperluan
administrasi kependudukan. Akan tetapi beliau malah mengembalikan surat itu
sekaligus menulis jawabannya yang isinya: ”Kaum muslimin tidak perlu repot
mengeluarkan harta mereka untuk hal-hal yang tidak mereka perlukan seperti
blangko surat, akan tetapi kalian sekarang tinggal minta.”
Ketiga:Penghematan Dalam Pemakain Kekayaan Negara.
Langkah ketiga adalah melakukan redistribusi kekayaan
negara secara adil, dengan melakukan restrukturisasi organisasi negara, dengan
pemangkasan birokrasi, penyederhanaan sistem administrasi, pada dasarnya beliau
menghemat belanja negara dan pada waktu yang sama beliau juga mensosialisasikan
semangat bisnis dan kewirausahaan di tengah-tengah masyarakat. Dengan cara begitu
beliau memperbesar sumber-sumber pendapatan negara melalui zakat, pajak dan
jizyah.
Itulah yang kemudian terjadi dimasa beliau jumlah pembayaran zakat
terus meningkat, sementara jumlah penerima terus berkurang bahkan sampai tidak
ada sama sekali. Para amil zakat terus berkeliling sampai ke plosok-plosok
daerah Afrika untuk membagikan zakat, akan tetapi tak seorangpun yang mau
menerimanya. Artinya para mustahiq zakat benar-benar habis secara total
(absolut), sehingga negara mengalami sarplus. Maka redistribusi kekayaan negara
selanjutnya diarahkan kepada subsidi pembayaran hutang. Hutang pribadi
(swasta), dan subsidi sosial dalam bentuk pembayaran kebutuhan sosial untuk
pembiayaan kebutuhan dasar yang sebenarnya tidak menjadi tanggungan negara,
seperti biaya perkawinan. Maka jika suatu saat sarplus negara berlebihan,
negara akan mengumumkan bahwa: “Negara akan menanggung semua biaya pernikahan
bagi setiap pemuda yang hendak menikah pada usia muda.”
0 Response to "Tiga langkah Khalifah Umar bin Abdul Aziz Dalam Membangun Negara"
Posting Komentar