Hiruk Pikuk Pilpres 2014


Tidak terasa hanya tinggal hitungan hari kita akan menuju bulan Ramadhan, bulan yang mempunyai banyak keutamaan dan bulan yang paling ditunggu-tunggu bagi umat yang beriman. Di bulan Ramdhan tahun ini pun terdapat satu hari yang yang dinanti-nantikan umat islam bahkan umat non islam di Indonesia yaitu hari pemilihan presiden atau yang disingkat dengan Pilpres. Dan saya mengajak anda semua agar memperbanyak doa supaya kita tidak dipimpin oleh pemimpin yang bodoh lagi serakah, seperti doa yang sering di amalkan Abu Hurairah “ ALLAHUMMA INNI A’UDZUBIKA MIN IMRATISSHIBYAN WAS SUFAHA’” “YAA ALLAH AKU BERLINDUNG KEPADAMU DARI DIPIMPIN OLEH PEMIMPIN YG MASIH KANAK-KANAK (KEKANAK-KANAKAN) DAN ORANG-ORANG YG BODOH”
            Pelaksanaan pilpres adalah sebuah konsekuensi bagi Negara yang menganut paham demokrasi, walaupun pilpres itu sendiri merupakan suatu hal yang mubadzir. Kenapa saya bilang mubadzir? Karena mau tidak mau Negara harus mengeluarkan dana besar agar pelaksanaannya lancar. Bukan hanya Negara, para calonpun serta tim suksesnya pun harus merogoh kocek dalam-dalam untuk mengkampanyekan diri mereka ke masyarakat. Demi terselenggaranya pilpres tahun ini pemerintah telah mengeluarkan dana sekitar 7,9 triliun rupiah, yang andai kata dana tersebut jika dialokasikan untuk kesejahteraan rakyat seperti bantuan logistic atau modal pekerjaan bagi masyarakat yang kurang mampu maka insyaAllah itu akan memperbaiki perekonomian bangsa kita.
            Namun ada beberapa hal unik mengenai pilpres tahun ini. Salah satunya adalah pada pilpres tahun ini hanya terdapat dua calon presiden. Dua calon presiden yang menurut saya bertolak belakang, baik dalam hal visi misi bahkan pendukung fanatik mereka. Dengan latar belakang tersebut tidak sedikit terjadi keributan diantara kedua kubu, apalagi yang terjadi pada pendukung-pendukung fanatik mereka yang bodoh dan kurang akal.
            Kampanye hitam pun mulai saling dilancarkan kedua belah pihak, pencitraan, fitnah, dan rekayasa faktapun mereka halalkan demi mendongkrak popularitas dan dukungan. Semoga Allah menyadarkan mereka dan membimbing mereka ke jalan yang benar. Bahkan menurut hemat saya, hampir seluruh komponen masyarakat sudah terbagi dua, mulai dari media massa dari surat kabar sampai ke stasiun televisi pun terbagi dua.
            Ketika saya menuju stasiun di waktu ingin pulang kampung dari Jember ke Padang yang lalu, saya dan teman-teman berkelakar tentang dua stasiun televisi yang kita tahu bahwa yang satunya mendukung Prabowo dan yang lainnya mendukung Jokowi. Ya,di berita-berita yang mereka bacakan banyak sekali memuat dukungan bagi capres yang mereka dukung, bahkan tidak sedikit  berita-berita negative pesaing capres mereka yang dimuat. Tapi ada satu hal yang membuat saya tertawadi  dalam pembicaraan kami, yaitu ketika gaya bahasa yang dipakai dalam pemuatan berita, seperti m*trotv dan teman-temannya, mereka menggunakan kata-kata hiperbola atau bahasa kerennya sekarang lebay (hehehe) dalam pemuatan berita mereka. M*trotv dan teman-temannya menggunakan kata-kata yang berlebihan dalam menyampaikan berita, yang dapat menyihir pendengar dan pembaca berita mereka dan membuat berita tersebut seolah-olah Wah. Sampai-sampai ketika kami mendengar teman bercerita atau bercanda yang lebay dan berlebih-lebihan kami dengan spontan berkata “dasar ente ini, mulutnya kayak M*trotv, lebayyyy” :D.
            Dikalangan Ustad pun ada yang membolehkan memilih di pilpres mendatang dan ada juga yang tidak membolehkan. Kalau saya lebih memilih pendapat nomor satu sama seperti pilihan presiden saya hehe karena melihat dampak positif dan negatifnya. Di tulisan ini pun saya mengajak anda para pembaca agar tidak golput serta memilih presiden yang tepat, dengan memilih pemimpin yang mendukung islam atau meminimalisir mudharat bagi kita. Jangan termakan dengan pemberitaan dan pencitraan dari media massa! Lihatlah teman-teman atau pendukung mereka! Ini bukan merupakan kampanye dan saya juga bukan timses Prabowo :D .
            Saya hanya ingin mengatakan kepada  anda terkhusus kalangan penuntut ilmu, sungguh sebenarnya saya tidak suka dengan namanya pilpres, demokrasi, dan politik sekarang, semuanya hanya berisikan kejelekan dan perpecahan yang dibungkus dengan kata-kata manis yang penuh dengan kebohongan. Wajar saja jika banyak  ulama yang tidak membolehkan berpolitik. Namun melihat keadaan terutama latar belakang kedua capres, saya lebih cenderung kepada pendapat yang membolehkan memilih dalan pilpres nanti.
Bagi anda yang berpendapat utuk tidak memilih atau bahkan memilih capres sebelah, maka saya tidak akan pernah memaksa anda dan mencela anda, karena ini merupakan masalah ijtihadiyyah dan bukan masalah aqidah bukankah seorang syeikh pernah berkata “ tujuan kita (dalam menimba ilmu dan mengkaji sesuatu) bukanlah kesepakatan tapi tujuan kita adalah agar kita tidak berpecah-belah” Ingat kita boleh berbeda pendapat dalam beberapa hal, tapi jangan sampai itu perbedaan itu menjadikan perpecahan.




0 Response to "Hiruk Pikuk Pilpres 2014"

Posting Komentar