Tidak
terasa hanya tinggal hitungan hari kita akan menuju bulan Ramadhan, bulan yang
mempunyai banyak keutamaan dan bulan yang paling ditunggu-tunggu bagi umat yang
beriman. Di bulan Ramdhan tahun ini pun terdapat satu hari yang yang
dinanti-nantikan umat islam bahkan umat non islam di Indonesia yaitu hari
pemilihan presiden atau yang disingkat dengan Pilpres. Dan saya mengajak anda
semua agar memperbanyak doa supaya kita tidak dipimpin oleh pemimpin yang bodoh
lagi serakah, seperti doa yang sering di amalkan Abu Hurairah “ ALLAHUMMA INNI A’UDZUBIKA MIN IMRATISSHIBYAN WAS SUFAHA’”
“YAA ALLAH AKU BERLINDUNG KEPADAMU DARI DIPIMPIN OLEH PEMIMPIN YG MASIH
KANAK-KANAK (KEKANAK-KANAKAN) DAN ORANG-ORANG YG BODOH”
Pelaksanaan
pilpres adalah sebuah konsekuensi bagi Negara yang menganut paham demokrasi,
walaupun pilpres itu sendiri merupakan suatu hal yang mubadzir. Kenapa saya
bilang mubadzir? Karena mau tidak mau Negara harus mengeluarkan dana besar agar
pelaksanaannya lancar. Bukan hanya Negara, para calonpun serta tim suksesnya
pun harus merogoh kocek dalam-dalam untuk mengkampanyekan diri mereka ke
masyarakat. Demi terselenggaranya pilpres tahun ini pemerintah telah
mengeluarkan dana sekitar 7,9 triliun rupiah, yang andai kata dana tersebut
jika dialokasikan untuk kesejahteraan rakyat seperti bantuan logistic atau
modal pekerjaan bagi masyarakat yang kurang mampu maka insyaAllah itu akan
memperbaiki perekonomian bangsa kita.
Namun ada
beberapa hal unik mengenai pilpres tahun ini. Salah satunya adalah pada pilpres
tahun ini hanya terdapat dua calon presiden. Dua calon presiden yang menurut
saya bertolak belakang, baik dalam hal visi misi bahkan pendukung fanatik
mereka. Dengan latar belakang tersebut tidak sedikit terjadi keributan diantara
kedua kubu, apalagi yang terjadi pada pendukung-pendukung fanatik mereka yang
bodoh dan kurang akal.
Kampanye hitam
pun mulai saling dilancarkan kedua belah pihak, pencitraan, fitnah, dan
rekayasa faktapun mereka halalkan demi mendongkrak popularitas dan dukungan.
Semoga Allah menyadarkan mereka dan membimbing mereka ke jalan yang benar.
Bahkan menurut hemat saya, hampir seluruh komponen masyarakat sudah terbagi
dua, mulai dari media massa dari surat kabar sampai ke stasiun televisi pun
terbagi dua.
Ketika saya
menuju stasiun di waktu ingin pulang kampung dari Jember ke Padang yang lalu, saya
dan teman-teman berkelakar tentang dua stasiun televisi yang kita tahu bahwa
yang satunya mendukung Prabowo dan yang lainnya mendukung Jokowi. Ya,di berita-berita
yang mereka bacakan banyak sekali memuat dukungan bagi capres yang mereka
dukung, bahkan tidak sedikit berita-berita
negative pesaing capres mereka yang dimuat. Tapi ada satu hal yang membuat saya
tertawadi dalam pembicaraan kami, yaitu ketika gaya bahasa yang dipakai dalam
pemuatan berita, seperti m*trotv dan teman-temannya, mereka menggunakan
kata-kata hiperbola atau bahasa kerennya sekarang lebay (hehehe) dalam pemuatan
berita mereka. M*trotv dan teman-temannya menggunakan kata-kata yang berlebihan
dalam menyampaikan berita, yang dapat menyihir pendengar dan pembaca berita
mereka dan membuat berita tersebut seolah-olah Wah. Sampai-sampai ketika kami mendengar
teman bercerita atau bercanda yang lebay dan berlebih-lebihan kami dengan
spontan berkata “dasar ente ini, mulutnya kayak M*trotv, lebayyyy” :D.
Dikalangan
Ustad pun ada yang membolehkan memilih di pilpres mendatang dan ada juga yang
tidak membolehkan. Kalau saya lebih memilih pendapat nomor satu sama seperti
pilihan presiden saya hehe karena melihat dampak positif dan negatifnya. Di
tulisan ini pun saya mengajak anda para pembaca agar tidak golput serta memilih
presiden yang tepat, dengan memilih pemimpin yang mendukung islam atau
meminimalisir mudharat bagi kita. Jangan termakan dengan pemberitaan dan
pencitraan dari media massa! Lihatlah teman-teman atau pendukung mereka! Ini
bukan merupakan kampanye dan saya juga bukan timses Prabowo :D .
Saya hanya
ingin mengatakan kepada anda terkhusus
kalangan penuntut ilmu, sungguh sebenarnya saya tidak suka dengan namanya
pilpres, demokrasi, dan politik sekarang, semuanya hanya berisikan kejelekan dan
perpecahan yang dibungkus dengan kata-kata manis yang penuh dengan kebohongan.
Wajar saja jika banyak ulama yang tidak
membolehkan berpolitik. Namun melihat keadaan terutama latar belakang kedua
capres, saya lebih cenderung kepada pendapat yang membolehkan memilih dalan pilpres nanti.
Bagi anda yang berpendapat utuk tidak memilih atau bahkan
memilih capres sebelah, maka saya tidak akan pernah memaksa anda dan mencela
anda, karena ini merupakan masalah ijtihadiyyah dan bukan masalah aqidah
bukankah seorang syeikh pernah berkata “ tujuan kita (dalam menimba
ilmu dan mengkaji sesuatu) bukanlah kesepakatan tapi tujuan kita adalah agar kita tidak
berpecah-belah” Ingat kita boleh berbeda pendapat dalam beberapa hal, tapi jangan sampai itu perbedaan itu menjadikan perpecahan.
0 Response to "Hiruk Pikuk Pilpres 2014"
Posting Komentar